Tahukah kamu, ada banyak dampak yang ditimbulkan dari turnover karyawan bagi perusahaan yang ditinggalkannya? Mulai dari produktivitas menurun, moral berkurang hingga profitabilitas pun menyusut. Kamu tentu ingin mempertahankan talenta terbaik selama mungkin untuk mencegah turnover tenaga kerja. Jika mulai terlihat adanya peningkatan turnover pegawai di perusahaan, segera selidiki faktor-faktor apa saja yang berkontribusi. Sehingga efek negatif turnover karyawan dapat segera dihindari. Mari simak 9 penyebab turnover karyawan paling umum berikut ini:
Kelebihan Beban Kerja
Ada kalanya perusahaan meminta staf untuk melakukan lembur di masa-masa penuh tekanan ekonomi. Itu adalah hal yang sangat wajar. Bahkan sebagian besar karyawan justru mendapat tanggung jawab ekstra pada periode tertentu. Akan tetapi, meminta pegawai bekerja lebih lama terlalu sering dapat membuat mereka stres, frustasi dan burnout. Karena mereka kewalahan dalam menangani tugas yang lebih dari seharusnya. Hal ini akan mendorong terjadinya turnover karyawan.
Tidaklah mengherankan jika karyawan merasa terlalu overworked di hari-hari tertentu. Tapi, patut dipertanyakan apabila hal itu telah menjadi bagian dari kehidupan kerja mereka. Bisa jadi mereka menghabiskan waktu di tempat kerja terlalu lama karena harus menyelesaikan beban kerja yang tak ada habisnya. Itulah yang menyebabkan work-life balance terganggu.
Pilih Kasih dan Kurang Penghargaan
Salah satu faktor penyebab turnover karyawan yang cukup sering terabaikan adalah adanya perlakuan istimewa pada ‘anak buah’ kesayangan bos. Hal ini menyebabkan staf lain merasa tidak diperhatikan. Selain itu, kurangnya penghargaan juga turut andil sebagai alasan mengapa orang memutuskan pergi meninggalkan perusahaan. Sekedar ucapan ‘terima kasih’ atau kata-kata dorongan ‘semoga berhasil’ hingga tunjangan, bonus atau apresiasi lain sangat dibutuhkan karyawan. Apalagi setelah mereka berhasil menyelesaikan suatu tugas dengan hasil maksimal.
Kurangnya pengakuan atas bakat atau kerja keras karyawan akan menyebabkan mereka berkecil hati dan merasa tidak berharga. Apalagi jika perusahaan terkesan hanya memberi komplimen kepada si anak emas perusahaan saja, jika ini terus berlanjut tinggal menunggu waktu hingga tiba saatnya badai turnover karyawan menyerang.
Upah dan Benefits Rendah
Berdasarkan penelitian, diketahui fakta mengejutkan bahwa sekitar 25% karyawan akan meninggalkan pekerjaan mereka di perusahaan yang sekarang demi kenaikan gaji di tempat lain. Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk menawarkan upah dan benefits yang layak.
Ada pun upah maupun benefits yang dimaksud di sini mencakup gaji pokok, komisi dan tunjangan, termasuk tunjangan pensiun, tunjangan kesehatan, tunjangan perawatan gigi atau diskon untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Selain itu, upayakan mencatat setiap perkembangan kinerja karyawan melalui program manajemen kinerja untuk memastikan mereka merasa dihargai dengan cara kenaikan gaji atau pemberian bonus yang relevan.
Kurangnya Kesempatan Berkembang
Faktor lain yang menjadi top 5 penyebab turnover karyawan adalah karena mereka tidak melihat masa depan diri mereka sendiri di perusahaan. Faktanya, menurut beberapa penelitian, para pencari kerja bersedia melepaskan hingga 12% dari gaji mereka demi peluang untuk kenaikan pangkat, termasuk mendapatkan pelatihan lebih banyak.
Oportunity untuk pertumbuhan dan pengembangan profesional adalah faktor penting yang dapat membuat karyawan berpengalaman bertahan di perusahaan tertentu. Pasalnya, ketika karyawan merasa mereka stuck di satu titik dan hanya jalan di tempat tanpa ada perubahan, mereka cenderung melirik perusahaan lain yang menawarkan kesempatan untuk menambah skill dan peluang untuk mengembangkan karier menjadi lebih baik, yang tentu pada akhirnya dapat mempengaruhi upah.
Budaya Perusahaan yang Buruk
Company culture yang toxic juga sangat mempengaruhi tingkat turnover suatu perusahaan. Bahkan tak jarang menjadi penyebab turnover karyawan yang tinggi. Pasalnya, budaya kerja adalah indikator kebahagiaan orang-orang yang bekerja di dalamnya. Semakin toxic lingkungan bekerja dapat menyebabkan konflik meningkat dan membuat karyawan tak semangat melalui hari demi hari di kantor.
Orang-orang yang merasa tidak cocok dengan budaya di tempat kerja atau dengan rekan kerja akan berusaha mencari tempat lain yang memiliki budaya positif. Ciptakanlah budaya perusahaan yang hangat dan menyenangkan yang disukai karyawan, sehingga mereka akan merasa jauh lebih bahagia. Dan dampaknya bagi perusahaan adalah mereka dapat bekerja dengan lebih produktif.
Tidak Berhubungan Baik dengan Atasan
Banyak artikel yang membahas toxic manager, atasan yang suka pilih kasih, sering menyalahgunakan jabatan dan membatasi kreativitas karyawannya. Perlu diketahui, tingginya tingkat turnover di perusahaan dapat disebabkan karena ketidakpercayaan atau pandangan negatif dari manajer kepada karyawannya. Menurut studi, ditemukan sebanyak 40% karyawan yang memberi penilaian buruk atas kinerja manajernya akan mencari lowongan pekerjaan di perusahaan lain dalam kurun waktu 3 bulan saja.
Agar hal itu tidak terjadi, penting bagi perusahaan untuk mengawasi manajer yang bertugas dan pastikan selalu mendengarkan feedback dari setiap karyawan. Seorang atasan yang baik adalah mereka yang berperan sebagai pengembang karier bagi bawahannya, mereka yang mengenal setiap bawahannya dengan cukup baik untuk mengakui kinerja karyawannya maupun mereka yang bertindak sebagai motivator untuk anak buahnya.
Karyawan Kehilangan Tujuan
Disadari atau tidak, ‘kerja’ adalah tuntutan yang harus dipenuhi orang-orang berpendidikan lulusan perguruan tinggi. Kamu pasti sering mendengar pertanyaan, ‘Apa pekerjaanmu sekarang?’ atau ‘Kerja di mana kamu sekarang?’, ketika memulai obrolan ringan dengan kenalan. Maka tak heran jika kemudian orang-orang menganggap mereka harus bekerja di perusahaan agar diakui dan merasa bangga atas pencapaian diri.
Hampir sama dengan kurangnya kesempatan pengembangan karier, karyawan yang kehilangan tujuan pun menjadi salah satu penyebab turn over karyawan tinggi. Ketika bekerja di perusahaan dengan visi dan misi yang tidak jelas, karyawan seolah tak punya tujuan atau goal. Jadi, mereka setiap hari datang ke kantor hanya sekedar untuk menjalani rutinitas dari pukul 8 pagi hingga jam 5 sore.
Kurangnya Work-Life Balance
Beban kerja yang terlalu berlebihan serta kurangnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sangat mempengaruhi keputusan karyawan untuk resign. Bayangkan, karyawan harus bersahabat dengan lalu lintas yang padat setiap berangkat dan pulang kerja.
Banyaknya waktu yang dihabiskan untuk perjalanan pergi pulang ke kantor menjadi salah satu alasan menurunnya produktivitas pegawai. Hal ini dapat mengakibatkan kelelahan fisik dan mental, sehingga mereka rentan melakukan kesalahan karena kurang fokus pada pekerjaan. Untuk itu, perusahaan harus merancang jadwal yang lebih fleksibel dan membiarkan karyawan work from home setidaknya sekali dalam sebulan.
Prosedur Rekrutmen yang Buruk
Penyebab turnover karyawan yang terakhir adalah buruknya prosedur rekrutmen di awal. Ketika kamu mendapati semakin banyaknya pegawai yang keluar dalam waktu singkat, segera selidiki permasalahan utamanya dalam proses perekrutan dan orientasi di perusahaan.
Dibutuhkan upaya besar dari semua pihak di dalam perusahaan untuk menumbuhkan lingkungan kerja yang sehat. Agar karyawan pun tidak mudah mengajukan resign dan menekan penyebab turnover karyawan.
Itulah 9 penyebab turnover karyawan yang paling umum dan cara bagaimana mengatasinya. Perusahaan yang sudah mengenal dan memahami penyebab-penyebab ini tentu akan bisa menghindari efek negatif dari turnover karyawan atau bahkan mencegahnya terjadi. Dengan begitu ada banyak keuntungan yang juga bisa didapat oleh perusahaan seperti produktivitas yang stabil, moral membaik dan profitabilitas meningkat.