Resources » Interview 101 » Jangan Tanyakan Pertanyaan Tidak Sopan Ini Saat Proses Interview

Jangan Tanyakan Pertanyaan Tidak Sopan Ini Saat Proses Interview

Share This Post!

pertanyaan yang tidak boleh ditanyakan saat wawancara

Wawancara kerja menjadi tahapan seleksi yang membutuhkan banyak persiapan karena pelamar kerja akan bertemu langsung dengan jajaran atau pejabat perusahaan, mulai dari kepala divisi hingga personalia. Meskipun sering membuat gugup, nyatanya bukan hanya kandidat saja yang perlu mempersiapkan diri. Pewawancara juga harus menyusun pertanyaan dengan baik supaya dapat menghindari pertanyaan interview yang sering dianggap tidak sopan.

Sebagai perekrut yang memiliki etika dan profesionalisme, memberikan pertanyaan interview yang relevan dan tidak melanggar kesopanan adalah sebuah keharusan yang tidak dapat ditawar. Meskipun dengan maksud basa-basi atau sekedar menujukkan ramah tamah, beberapa pertanyaan interview HRD berikut ini sebaiknya dicoret dari daftar pertanyaan wawancara kamu. Karena selain dapat dianggap tidak sopan dan  mengarah ke diskriminasi, pertanyaan-pertanyaan interview ini juga dapat melukai perasaan atau tidak menghargai calon karyawan.

Tujuan Interview

Sebelum masuk ke daftar pertanyaan interview HR yang terlarang, ada baiknya mengetahui dulu tujuan dasar dari wawancara kerja. Interview atau wawancara kerja bertujuan untuk melihat secara langsung calon karyawan baik secara fisik maupun kemampuan yang dimiliki.

Melalui pertanyaan yang diajukan, perusahaan dapat menilai sebaik apa kandidat memahami dan merespon permasalahan yang diangkat. Serta mendapatkan gambaran mengenai kinerja calon karyawan yang mungkin ditunjukkan ketika telah diterima bekerja. Lewat proses ini juga, recruiter dapat menilai kepribadian dan sikap pelamar kerja yang sulit diketahui jika hanya melalui surat lamaran ataupun CV. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menghindari menerima karyawan toxic.

Pertanyaan yang Harus Dihindari

Pertanyaan interview tidak sopan

Mengingat tujuan dari wawancara adalah melihat potensi kinerja kandidat, maka sebaiknya pertanyaan interview yang diajukan juga relevan dengan jabatan yang hendak diisi atau kemampuan bekerja kandidat. Jika keluar dari rambu-rambu tersebut, bukan tidak mungkin, perusahaan akan melanggar etika dan profesionalisme kerja yang memengaruhi reputasinya di kalangan pekerja. Pertanyaan interview yang sebaiknya dihindari karena dianggap tidak sopan adalah:

Memiliki Unsur SARA

Suku, agama, ras dan antar golongan menjadi isu yang sensitif dalam berbagai konteks, termasuk dalam dunia kerja. Memberikan pertanyaan yang menyinggung keempat hal ini, dapat melanggar privasi dan juga menjurus pada diskriminasi yang tidak boleh berada di perusahaan. Di samping itu, agama dan ras kandidat tidak ada hubungannya dengan perfroma kerja yang dimiliki, sehingga pertanyaan tersebut melenceng dari konteks.

Itulah sebabnya, daripada menanyakan “apakah bersedia bekerja di hari Minggu” setelah mengetahui agama dari kandidat. Akan lebih bijaksana bila mengganti pertanyaan menjadi “apakah Anda siap bekerja lembur saat hari libur bila diperlukan?” Pertanyaan ini lebih aman karena menitikberatkan dedikasi terhadap tugas dan tanggung jawab yang dimiliki.

Status Hubungan

Status pernikahan atau hubungan juga merupakan hal yang masuk dalam ranah personal dan tidak seharusnya ditanyakan pada saat wawancara kerja. Baik sudah menikah atau belum, memiliki pasangan atau tidak, hal ini bukanlah penentu kemampuan profesional seseorang ketika bekerja.

Pertanyaan tentang status pernikahan juga sangat berpotensi mengarah pada diskriminasi. Karena dapat menganggap bahwa pria atau wanita yang sudah berkeluarga tidak mampu bekerja maksimal karena waktu dan pikirannya terbagi. Faktanya, di luar sana banyak pasangan menikah yang sukses dalam dunia kerja.

Kehamilan dan Anak

Pertanyaan tentang kehamilan, rencana kehamilan dan juga anak sering kali menjadi celah untuk mendiskriminasikan perempuan. Ada anggapan sepihak bahwa perempuan yang sedang hamil dan memiliki anak tidak mampu bekerja dengan maksimal karena situasinya membatasi ruang lingkup gerak di tempat kerja.

Perlu diketahui bahwa kedua hal ini adalah bagian dari kehidupan pribadi kandidat yang tidak seharusnya dibahas ketika wawancara kerja. Oleh karena itu, jangan sampai menanyakan pertanyaan seperti “berapa anak yang Anda miliki?” atau “apakah ada rencana memiliki anak dalam waktu dekat?” untuk melihat kemampuannya bekerja lembur. Lebih baik tanyakan “apakah Anda bersedia dipanggil sewaktu-waktu ke kantor jika ada hal yang mendesak?”

Orientasi Seksual dan Identitas Kelamin

Pertama, membahas hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas merupakan sebuah bentuk pelecehan verbal. Kedua, orientasi seksual seseorang tidak membuat kinerjanya di kantor lebih baik atau buruk, sehingga pertanyaan seperti ini harus dicoret dari daftar wawancara.

Seksualitas adalah pilihan hidup yang mau bagaimanapun, telah menjadi bagian dari rahasia pribadi. Tidak seharusnya tema pertanyaan seperti ini dibawa ke forum wawancara kerja yang etis dan profesional.

Kebiasaan

Masing-masing orang memiliki kebiasaan yang berbeda-beda. Kita tidak tahu, apakah kandidat memiliki kebiasaan buruk yang ingin dihilangkan atau tidak. Sehingga ketika menanyakan pertanyaan seputar kebiasan kepada calon karyawan, dikhawatirkan ini akan menyinggung perasaannya. Apalagi kebiasaan yang dibahas tidak ada hubungannya dengan posisi yang dilamar atau tanggung jawab yang dimiliki di perusahaan, sebaiknya pertanyaan tersebut diganti dengan pertanyaan yang lebih relevan.

Penampilan Fisik

Isu perundungan fisik saat ini semakin marak. Perundungan tersebut bukan hanya dalam bentuk olok-olok, namun juga dapat ditunjukkan melalui pertanyaan seperti berapa tinggi atau berapa berat badan Anda. Penampilan fisik seseorang tidak memengaruhi kemampuannya dalam bekerja, sehingga pertanyaan tersebut sebaiknya diganti dengan pertanyaan yang lebih praktis. Misalnya “apakah Anda dapat meraih buku yang diletakkan di rak paling atas”.

Namun demikian, terdapat sebuah pengecualian. Jika pekerjaan tersebut mengharuskan kandidatnya memiliki tinggi atau berat badan tertentu, seperti pekerjaan model atau pramugari. Maka pewawancara diperbolehkan menanyakan hal tersebut. Dengan catatan pertanyaan yang diajukan tidak terkesan diskriminatif atau menghina.

Kondisi Finansial dan Hubungan Keluarga

Kondisi finansial dan hubungan keluarga menjadi isu selanjutnya yang termasuk pertanyaan interview tidak sopan dan harus dihindari ketika melakukan wawancara kerja. Tidak ada yang tahu bagaimana kondisi finansial yang sedang dihadapi oleh calon karyawan yang melamar.

Menanyakan hal tersebut, dapat melukai perasaan kandidat dan juga mengarah pada praduga tertentu. Misalnya saja, ketika kondisi keuangan sedang tidak begitu baik atau sedang tertimpa masalah finansial. Begitu juga dengan hubungan keluarga yang tidak ada kaitannya dengan performa kerja calon karyawan.

Pandangan Politik

Politik merupakan pilihan pribadi yang tidak boleh diintervensi maupun dibeda-bedakan apalagi di tempat kerja yang mengedepankan profesionalisme kerja dan toleransi. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan pandangan politik perlu dihindari. Sebab hal ini tidak berhubungan dengan pekerjaan dan dapat mengarah ke diskriminasi yang berasal dari sentimen atau preferensi pribadi yang fanatik.

Pertanyaan seputar pandangan politik juga rawan memicu perpecahan dalam kelompok ketika kandidat telah bergabung dalam perusahaan. Ini bukanlah hal yang diharapkan, karena seharusnya perusahaan menjadi tempat berbaur yang tidak pandang bulu dimana kinerja kerja yang menjadi tolok ukurnya.

Gaji Sebelumnya

Bagi kandidat yang telah memiliki pengalaman kerja, gaji sebelumnya dapat menjadi obyek pertanyaan yang cukup sensitif. Perbandingan gaji ini tanpa disadari dapat mengacu ke perbedaan level profesionalitas, dimana hal tersebut sebaiknya tidak terjadi.

Negosiasi gaji tentu saja diperbolehkan. Namun tidak dengan pertanyaan, terutama dengan nada sinis mengenai pendapatan sebelumnya. Jika terus ditanyakan, bukan sebuah kesalahan jika kandidat menolak untuk menjawabnya. Terlebih lagi, menetapkan standar gaji dengan membandingkan gaji dari perusahaan lain yang merupakan kompetitor, termasuk pelanggaran etika.

Mulai Bekerja

Pertanyaan seperti kapan dapat mulai bekerja sepertinya terdengar umum dan wajar. Namun jika dilihat dari sudut pandang lain, pertanyaan ini menutup kemungkinan untuk opsi masa percobaan atau proyek percobaan berbayar yang bisa saja diharapkan oleh kandidat yang belum yakin akan posisi tersebut.

Daripada terburu-buru memutuskan dengan mengajukan pertanyaan seperti ini, akan lebih aman bagi perusahaan untuk melihat perkembangan dari kandidat yang potensial. Dengan begini perusahaan juga tidak akan kehilangan karyawan baru yang harus diberhentikan karena ternyata tidak sesuai ekspektasi. Lebih berhati-hati dalam menanyakan kapan kandidat dapat mulai bekerja akan membantu menghindari kesalahan dalam merekrut karyawan.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut umumnya memang perlu dihindari. Namun di kondisi tertentu, pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa jadi memang layak ditanyakan terlebih lagi jika berhubungan secara langsung dengan pekerjaan.


Share This Post!
hello world!