Karyawan masa kini sering kali disebut sebagai “kutu loncat”. Hal ini karena ada saja alasan karyawan untuk resign dari tempat kerjanya. Mereka tidak betah bekerja di satu tempat saja.
Jika dilihat, para karyawan milenial memang terbiasa berganti pekerjaan daripada generasi sebelumnya. Makanya, generasi zaman sekarang dianggap suka mencari pengalaman kerja dan mencoba berbagai peluang karier, daripada loyal bertahan di satu perusahaan.
Faktanya, anggapan tersebut ternyata tidak tepat. Menurut statistik, karyawan zaman sekarang bertahan lebih lama di perusahaan daripada para pekerja 25 tahun silam.
Di tahun 1983, rata-rata pekerja hanya bertahan selama 3,5 tahun. Sedangkan, karyawan masa kini rata-rata bekerja selama 5,1 tahun di satu perusahaan.
Akan tetapi, perusahaan tetap mengalami kendala yaitu karyawan yang memilih keluar dari pekerjaannya, tidak peduli berapa lama pun masa kerja mereka. Banyak faktor yang memengaruhinya, mulai dari bidang pekerjaan tersebut, usia, pendidikan, gender, sampai etnis dan ras.
Agar lebih jelas, berikut berbagai alasan karyawan memilih untuk resign dari tempat kerja:
Upah Tak Sesuai
Tentu saja tujuan utama bekerja adalah untuk memperoleh gaji. Jadi, Anda perlu memastikan kalau beban kerja yang didapat karyawan sebanding dengan gaji yang diperolehnya. Tak hanya beban kerja saja. Perlu juga pertimbangan mengenaijenis pekerjaannya.
Di samping itu, lokasi kerja pun penting untuk pertimbangan estimasi bayaran yang sesuai. Apakah gaji yang diterima karyawan sudah sesuai sekaligus bisa memenuhi kebutuhan hariannya.
Merasa Tidak Dihargai dan Diakui
Setiap karyawan pasti ingin hasil pekerjaan mereka diakui. Ketika perusahaan mengabaikan pencapaian karyawan, mereka sangat mungkin mencari tempat lain yang bisa memberikan apa yang mereka diinginkan.
Umumnya, karyawan pun memutuskan buat beralih pekerjaan dan mencari tempat kerja yang baru. Jadi, perlu diterapkan sistem yang menghargai karyawan berkinerja baik, sehingga mereka merasa menjadi bagian dari perusahaan.
Kurang Kepercayaan dan Otonomi
Kepercayaan dapat mempertahankan sekaligus melepas karyawan. Leader yang tidak percaya dengan karyawan biasanya melakukan micro-managing. Misalnya, selalu bertanya apa yang sedang dikerjakan, lalu menyuruh karyawan untuk minta persetujuan untuk apapun yang dilakukannya.
Oversight ini justru membatasi, apalagi bagi karyawan high-performing. Mereka akhirnya mencari lingkungan pekerjaan baru yang memiliki tingkat otonomi dan kepercayaan tinggi.
Tidak Ada Jenjang Karir yang Pasti
Pelamar kerja pasti ingin punya kesempatan untuk mengembangkan karier. Ketika sudah jadi karyawan dengan performa kerja yang baik, tapi tidak ada jenjang karier, besar kemungkinan mereka akan mencari pekerjaan yang lain.
Karena merasa sudah tak ada harapan karier berkembang sesuai dengan skill mereka, karyawan akan berhenti. Terutama, karyawan terbaik yang selalu menginginkan pengembangan diri.
Tingginya Tingkat Stress
Stres merupakan alasan karyawan resign yang sangat umum. Terutama jika karyawan sudah merasa burnout. Apa itu? Burnout merupakan keadaan stres yang tinggi akibat pekerjaan. Apabila stres tidak dikelola dan tak dapat diselesaikan, maka bisa mendorong karyawan untuk resign.
Adapun penyebab dari burnout yang paling umum yaitu beban pekerjaan tinggi, jobdesk pun terlalu sulit, sehingga kondisi tersebut membuat karyawan bosan serta jenuh.
Tidak Cocok dengan Budaya Perusahaan
Culture atau budaya kerja pasti dimiliki setiap perusahaan yang diterapkan sehari-hari. Apabila budaya kerja tersebut tidak sehat, tentu akan membuat karyawan merasa tidak betah. Karyawan pun tak mau lagi bekerja di perusahaannya.
Culture yang tidak sehat tapi biasa terjadi yaitu pemalas, jam karet, menjatuhkan rekan kerja sendiri, serta persaingan yang tidak sehat.
Jam Kerja Tak Sesuai
Setelah lelah bekerja, karyawan pasti sangat ingin beristirahat. Akan tetapi, kenyataannya kadang tidak seperti yang diharapkan. Karena ada pekerjaan yang harus selesai segera dan terpaksa lembur. Namun, kalau perusahaan terus memaksa untuk lembur serta pulang melebihi jam normal, tentu karyawan tidak betah dan ingin segera resign.
Bagaimana pun juga, waktu istirahat sangat penting karena berfungsi untuk recharge energi. Beristirahat penting agar fisik dan pikiran pulih dari rasa lelah.
Tidak Lagi Merasa Tertantang
Karyawan apalagi mereka yang high-performing tidak ingin mengerjakan pekerjaan tanpa arah tujuan. Bahkan, hal tersebut bisa menjadi alasan karyawan terbaik resign.
Sebab, mereka ingin bekerja dengan sungguh-sungguh, di mana karyawan bisa terus belajar untuk meningkatkan skill. Jadi, tantangan dan target baru diperlukan untuk membantu karyawan agar mereka merasa dibutuhkan, sekaligus membuat mereka selalu tertarik dengan pekerjaannya.
Kurangnya Kompensasi yang Layak
Kompensasi ini juga bisa disebut benefit. Artinya, kompensasi adalah keuntungan yang didapat karyawan karena memiliki status pekerja di sebuah perusahaan.
Kegunaan benefit adalah untuk menumbuhkan motivasi kerja karyawan. Bahkan, kompensasi dapat meningkatkan motivasi tersebut. Kalau benefit rendah, karyawan pasti akan merasa enggan bekerja maksimal untuk menyelesaikan jobdesk mereka. Bahkan, bisa jadi karyawan langsung memutuskan resign saja.
Tidak Ada Work Life Balance
Alasan karyawan mengundurkan diri ini sangat penting. Work-life balance berarti perusahaan harus menyadari bahwa karyawan memiliki kehidupan di luar pekerjaan.
Karyawan akan menjadi lebih produktif dan bahagia kalau mereka diberi kepercayaan dan dukungan untuk menjalani kehidupan pribadinya. Jika pekerjaan menumpuk setiap hari, bahkan karyawan sampai tidak mendapat libur, tentu mereka merasa penat bahkan ingin berhenti dari pekerjaannya.
Perubahan Manajemen
Sistem manajemen yang berubah bisa menurunkan performa karyawan. Bahkan banyak karyawan terbaik yang berhenti karena adanya manajer baru atau perubahan manajemen, bukan karena pekerjaannya.
Maka dari itu, penting bagi seorang manajer untuk mengikuti training sebelum mulai bekerja di perusahaan atau divisi baru. Manajer yang menjalankan manajemen harus memiliki tools yang dibutuhkan untuk bekerja dengan dan memberi dukungan kepada semua karyawannya.
Lemahnya Branding Perusahaan
Setiap perusahaan pasti punya visinya sendiri. Namun, kadang untuk mewujudkannya, perusahaan tersebut jadi mengorbankan nilai-nilai yang dimilikinya demi mencapai target. Akhirnya, brand perusahaan tersebut melemah karena semakin tidak sejalan dengan value yang dimiliki.
Hal tersebut juga menjadi salah satu alasan karyawan terbaik justru memilih mencari pekerjaan baru. Mereka berhenti karena merasa branding perusahaan lemah dan tidak lagi punya nilai-nilai yang bisa diterapkan di lingkungan kerja.
Komunikasi Antar Tim dan Rekan Kerja Buruk
Kerja sama tim bisa menjadi sesuatu yang sulit. Kadang, karyawan yang baik resign karena ada masalah dengan rekan kerja setimnya.
Salah satunya, seperti komunikasi yang buruk sehingga bisa memicu karyawan resign. Sebab, karyawan pasti ingin bekerja dengan rekan-rekan yang sepemikiran dengannya, saling memahami, dan bersikap profesional.
Kemungkinan Ada Toxic Employee
Ada banyak karyawan dengan beragam kepribadian dan sikap di tempat kerja. Sangat mungkin ada rekan kerja yang bersikap toxic sehingga merugikan karyawan yang lain. Kemungkinan ini harusnya bisa dihindari sejak awal rekrutment karena sangat merugikan karyawan lain dan perusahaan.
Misalnya, seorang karyawan toxic suka berbicara hal negatif tentang perusahaan ataupun rekan kerja yang lain. Jika sikap toxic ini terus dibiarkan dan tidak ditangani, bisa membuat karyawan lain tidak betah di lingkungan kerja tersebut dan memilih resign.
Akhir Kata
Itu tadi berbagai alasan karyawan resign dari perusahaan. Dengan mengetahui berbagai alasan tersebut, dapat diketahui solusi serta pencegahan untuk mempertahankan karyawan agar tidak banyak dari mereka yang resign di perusahaan Anda. Anda bisa mulai membangun lingkungan kerja yang lebih baik lagi sehingga karyawan merasa nyaman dan dihargai. Mereka pun akan menjadi loyal dengan perusahaan dan kemungkinan karyawan resign akan mengecil.
Kenali disini penyebab-penyebab ini agar kamu terhindar dari kenaikan angka turnover atau pergantian karyawan yang memusingkan.